Donald Trump Kena Karma soal Virus Corona? Ini Daftar Kesombongan Trump Sebelum Positif Corona


Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dinyatakan positif terjangkit Virus Corona.
Menariknya, sebelum dinyatakan positif, Presiden ke-45 AS itu terkenal dengan gayanya yang meremehkan virus ini.

Tercatat beberapa kali Donald Trump melontarkan ucapan kontroversial yang memandang remeh virus corona.
Mulai dari awal pandemi menerpa AS hingga ia memutuskan memakai masker, berikut adalah ucapan-ucapan Trump yang meremehkan virus bernama resmi SARS-CoV-2 ini.
1. Kasus di AS "masih rendah"
Dalam wawancara dengan jurnalis Axios Jonathan Swan pada Senin (3/8/2020), sang presiden memberikan grafik bahwa kasus Covid-19 di AS rendah.
"Lihat, AS terendah dalam berbagai kategori. Kita terendah di dunia, terendah di Eropa," ujar Trump dan membuat Swan mengernyit.
Swan yang bingung kemudian mengklarifikasi, bahwa yang dia tanyakan adalah kematian berdasarkan proporsi populasi, bukan berdasarkan proporsi kasus.
"Di situlah AS terkena dampak yang parah. Lebih parah daripada Korea Selatan, Jerman, dan yang lain," tutur Swan dalam wawancaranya.
2. Sempat Bilang Covid-19 Flu Biasa
Suami Melania Trump itu sempat mengatakan Virus Corona hanyalah virus biasa.
Dalam sebuah konferensi pers, Trump mengatakan bahwa negara harus membiarkan laju virus corona, seperti layaknya flu musiman.
"Biarlah, jangan lakukan apa pun, anggap itu (virus corona) sebagai flu," kata orang-orang itu menurut Trump. 
Tapi belakangan, ia meralat ucapannya
Ia berbalik mengatakan, risiko virus corona lebih buruk daripada flu biasa.
3. Usul suntik disinfektan
Salah satu ucapan yang paling kontroversial dari Trump adalah usulan suntuk disinfektan dalam mengobati Covid-19.
Entah ia menganggap Corona sebagai bahan bercanda, tapi di sebuah forum resmi, ia mengusulkan agar orang menyuntukkan disinkfektan ke dalam tubuh.
 "Saya lihat disinfektan, yang membasminya dalam satu menit. Satu menit. Dan adakah cara kita bisa melakukan hal seperti itu dengan menyuntikkan ke dalam atau pembersihan, karena Anda tahu, itu masuk ke paru-paru dan itu sangat banyak," kata Trump.
Setelah usulan Trump di briefing itu, Pusat Kontrol Racun melaporkan 9 kasus yang kemungkinan terpapar Lysol merek disinfektan AS; 10 kasus keracunan pemutih; dan 11 kasus keracunan pembersih rumah tangga pada umumnya.
Dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019, saat itu jumlah keracunan hanya 13 kasus.
4. Minum obat malaria hidroksiklorokuin
Beberapa kali Trump bersikeras Amerika sudah menemukan penawar Corona, meski WHO hingga kini belum mengumumkan resmi ada obat Virus Corona.
Trump sempat mengaku sudah minum obat malaria hidroksiklorokuin untuk mencegah tertular Covid-19 selama "beberapa pekan terakhir" pada 18 Mei.
Dia menuturkan, menerima surat maupun telepon dari dokter yang menyatakan bahwa obat itu mempunyai manfaat dalam melawan virus corona.
Karena itu, setelah mendapat lampu hijau dari dokter Gedung Putih, taipan real estate tersebut mulai mengonsumsinya sebelum menyatakan berhenti.
"Selesai, saya sudah selesai," kata Trump dalam wawancara dengan Full Measure with Sharyl Attkisson yang disiarkan Minggu (24/5/2020).
5. Tak mau pakai masker
Presiden 74 tahun itu juga bolak-balik menegaskan keenggannnya memakai masker baik di awal pandemi maupun setelah kasus di AS melonjak tinggi.
Ia awalnya hanya menyatakan pemakaian masker secara sukarela untuk rakyatnya, dan dia sendiri tidak memakai masker saat menjamu Presiden Brasil Jair Bolsonaro serta berkampanye di Tulsa, Oklahoma.
Trump akhirnya memakai masker 3 minggu setelah diimbau Pusat Pengendalian dan Penyakit (CDC) AS.Ia untuk pertama kalinya mengenakan masker di muka umum ketika berkunjung ke Rumah Sakit Militer Walter Reed.
Ketika mengunjungi para veteran maupun staf rumah sakit, dia memakai masker berwarna hitam dengan simbol kepresidenan di bagian mulut.

Bagaimana Nasib Pilpres AS jika Trump Meninggal atau Tak Bisa Memimpin?

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dinyatakan positif Covid-19, hanya sebulan dari pemilihan pilpres (pilpres) AS pada 3 November.
Trump dan istrinya, Melania, mulai hari ini (2/10/2020) bakal menjalani karantina dalam rawat jalan virus corona.
Lantas bagaimana nasib pilpres AS apabila kondisi presiden berusia 74 tahun itu tak membaik atau bahkan meninggal?

Dilansir dari Sky News, catatan kesehatan Trump pada Juni mengkategorikan dia obesitas sehingga berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius akibat Covid-19.
Jika dia tak kunjung sembuh atau meninggal akibat infeksi - atau jika situasi yang sama juga menimpa Joe Biden - akan ada konsekuensi yang signifikan dan belum pernah terjadi sebelumnya di pilpres AS.

Meski belum pernah terjadi sebelumnya, ada proses baku yang sudah ditetapkan untuk kondisi seperti ini.
Menurut aturan Komite Nasional Republik (RNC), posisi capres yang kosong karena meninggal akan diisi dengan cara yang sama seperti calon presiden dipilih di konvensi nasional.

Total 168 anggota RNC yakni 3 dari setiap negara bagian AS dan masing-masing 3 dari 6 teritori District of Columbia, Samoa Amerika Guam, Kepulauan Mariana Utara, Puerto Rico, dan Kepulauan Virgin AS - akan memberikan suara mereka dan kandidat bakal dipilih oleh suara mayoritas.
RNC wajib memilih kembali capres baru mereka, yang artinya tidak secara otomatis jatuh ke wakil presiden saat ini yaitu Mike Pence, meski secara konstitusional dia akan diminta mengisi posisi presiden secara interim.
Begitu pun dengan Komite Nasional Demokrat (DNC) yang memiliki aturan serupa. Total 447 anggotanya akan memilih kandidat baru setelah ketua DNC berkonsultasi dengan para pemimpin di Kongres, dan dengan gubernur negara bagiannya.

Biasanya nama capres akan dicantumkan di surat suara dan pilpres akan berlanjut seperti biasa. Namun prosesnya akan sangat berat jika terjadi tak lama jelang 3 November.
Baca juga: Simpati dan Cemooh, Reaksi Dunia untuk Trump yang Positif Covid-19
Selain itu, masing-masing negara bagian memiliki tenggat waktu yang berbeda ketika partai mengganti capresnya di surat suara. Tenggat waktu itu mungkin sudah lewat di sebagian besar negara bagian.

Anggota Electoral College mungkin akan diminta para elektorat untuk menghitung suara capres yang meninggal sebagai suara untuk penggantinya, tetapi tidak diketahui pasti apakah ini sejalan dengan keinginan para pemilih - yang berpotensi menyebabkan perselisihan dan bisa jadi kasusnya dibawa ke meja hijau.
Mungkin juga Kongres menunda pilpres, walau tidak pernah terjadi dalam sejarah "Negeri Paman Sam".

Sumber : 
https://solo.tribunnews.com/amp/2020/10/02/donald-trump-kena-karma-soal-virus-corona-ini-daftar-kesombongan-trump-sebelum-positif-corona?page=4

https://www.kompas.com/global/read/2020/10/02/195102370/bagaimana-nasib-pilpres-as-jika-trump-meninggal-atau-tak-bisa-memimpin?amp=1&page=2

Komentar